Selasa, 27 April 2010

PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM MEMBIASAKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DIKALANGAN REMAJA

PERAN ORANG TUA DAN GURU

DALAM MEMBIASAKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

DIKALANGAN REMAJA


Disusun sebagai pengganti Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Ermi Dyah Kurnia



Disusun oleh:

Much Arsyad Fardani

2102408015


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010

BAB I

PENDAHULUAN


Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. Penting peranan bahasa antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah pemuda 1928 yang berbunyi :” kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” dan pada undang-undang dasar kita yang di dalamnya tercantum pada pasal khusus yang menyatakan bahwa “ bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Namun, di samping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang termuka di antara berantus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa.

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara tercantum dalam UUD 1945, Pasal 36, Bab XV. Fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah (1) sebagai bahasa resmi kenegaraan, (2) sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pemerintahan, (4) sebagai bahasa resmi dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Keistimewaan kedudukan bahasa Indonesia seperti terurai di atas hendaknya diimbangai pula dengan pembinaan dan pengembangan yang memadai. Pembinaan dan pengembangan itu sangat penting. Lebih-lebih untuk bahasa Indonesia yang masih dalam tapah perkembangan. Melalui pembinaan dan pengembangan itu bahasa Indonesia diharapkan akan selalu dapat mengemban fungsi yang diberikan kepadannya.

Adanya kecenderungan negatif dari para generasi muda terhadap bahasa Indonesia kini sedang terjadi. kebanyakan dari mereka lebih cenderung menggunakan bahasa asing dalam percakapan keseharian mereka. bahkan munculnya bahasa gaul dalam kehidupan mereka seolah menjadikan bahasa gaul tersebut sebagai bahasa keseharian dan tak dapat dilepaskan dari kehidupan mereka. Banyak diantara mereka menganggap bahwa jika kita tak mampu menggunakan bahasa asing bahkan bahasa gaul dalam percakapan keseharian mereka, maka ia dianggap ketinggalan zaman.

Hal ini sangat riskan jika dibiarkan begitu saja. Ditengah perkembangan zaman yang membawa negeri ini pada era glonalisasi tak ayal akan membawa dampak diberbagai lini kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini juga akan berdampak pada kelangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa kenegaraan. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan bahasa bagi para generasi muda agar bahasa Indonesia tetap dijunjung tinggi sebagai bahasa kenegaraan, dan bahasa keseharian. Melihat dari beberapa masalah di atas, maka perlu adanya pengkajian ulang tentang eksistensi dari bahasa Indonesia ditengah era global ini yang membawa dampak pada munculnya penggunaan bahasa asing dan bahasa gaul yang lebih dominan dibanding bahasa Indonesia.













BAB II

PEMBAHASAN


  1. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa melayu. Ada beberapa alasan mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa-bahasa nusantara lainnya. Bahasa Melayu yang dianggap telah menjadi lingua franca di Indonesia, bahasa penghubung, dan bahasa perdagangan. hal ini didukung pendapat dari seorang ahli sejarah asal Cina, I Tsing yang menyatakan bahwa di Sriwijaya pada waktu itu ada bahasa yang bernama koen louen yang berdampingan dengan bahasa Sansekerta. Yang dimaksud dengan koen louen adalah bahasa penghubung (lingua france) di kepulauan Nusantara yang tak lain adalah bahasa Melayu.

Ada beberapa bukti bahwa bahasa Melayu pada waktu itu telah digunakan sebagai bahasa penghubung. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti prasasti kedukan bukit di Palembang bertahunkan 683, Prasasti Talang Tuo di Palembang thun 684, dan lain sebagainya.

Secara resmi bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia tercatat dalam teks sumpah pemuda sebagai hasil dari Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagaimana yang tercantum pada bait ketiga “menjunjung bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia, mulai saat itulah bahasa Indonesia tercatat sebagai bahasa persatuan. Selanjutnya, setelah bangsa Indonesia merdeka, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, Bab XV, pasal 36.

Berbagai peristiwa kemudian mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa Negara. Peristiwa yang dimulai dari lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu hingga ditetapkannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada tanggal 31 Agustus 1972 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ra.


  1. Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja

Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang dipelesetkan, sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut. Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’. Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya.

Menurut Piaaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya.

Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphor, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.

Contoh bahasa gaul yang sering dipakai adalah beud, yang berasal dari kata banget. Selain itu Uang, yang berasal dari kata yang. Lalu ada pula kata kakak yang dalam bahasa Inggris adalah sister, menjadi sista, dan brother menjadi 6no tha.

Masih banyak sekali bahasa gaul yang digunakan para remaja dalam percakapan sehari-hari. Penyebabnya adalah kurangnya kecintaan terhadap bahasa Indonesia baku. Namun, tidak semua remaja menggunakan bahasa gaul ini. Yang menggunakannya pada umumnya adalah remaja yang ingin dianggap beken atau tenar di kalangan teman-temannya. Mereka menganggap berbahasa gaul adalah keren, padahal di mata remaja lain gaya bahasa mereka adalah alay.

Alay adalah singkatan dari Anak Layangan, yaitu anak-anak yang dalam berbicara atau menuliskan kata-kata cenderung agak kampungan. Ciri-ciri alay antara lain:

  1. Penulisan kata disingkat

  2. Memakai simbol tambahan

Di atas adalah sebagian kecil dari ciri-ciri alay. Gaya bahasa ini tidak hanya mereka praktikkan dalam penulisan, namun juga dalam cara berbicara. Ketika mereka berbicara dengan bahasa gaul yang agak sedikit norak itu, terkadang bibir mereka monyong mengikuti kata-kata yang mereka ucapkan. Aksen huruf z pada akhir kata terdengar sangat jelas, sehingga membuat lawan bicara yang tidak memahaminya menjadi pusing.

Bahasa gaul yang digunakan anak remaja alay ini sudah menjalar ke mana-mana. Anak kecil pun mengetahui gaya bahasa ini. Sangat disayangkan sekali, anak kecil yang sebenarnya mampu menyerap banyak kata terpaksa menyerap kata-kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia.







  1. Peran Orang Tua dan Guru dalam Membiasakan Penggunaaan Bahasa di Kalangan Remaja

Jika melihat berbagai gejala yang terjadi disekitar kita mengenai penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja tentu memprihatinkan. Ditengah tuntutan bagi pemuda untuk menjadi generasi penerus bangsa yang mampu menjaga segala warisan bangsa ini, tentu hal ini sangat riskan. Banyak diantara para pemuda yang lebih percaya diri menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari dari pada menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini tentu disebabkan beberapa hal, mulai dari ketidak percayaan mereka ketika berbincang dengan teman sejawat hingga kurangnya waktu penggunaan bahasa Indonesia. Karena selama ini penggunaan bahasa Indonesia hanya terbatas pada lingkungan sekolah. Disinilah peran dari pendidikan bahasa Indonesia untuk memperbaiki sebelum bahasa Indonesia benar-benar ditinggalkan oleh generasi muda bangsa ini. Selain itu peran dari orang tua dan guru dirasa sangat perlu untuk menangani hal ini.

Peran orang tua dan guru untuk memperhatikan perkembangan bahasa anak-anaknya dirasa sangat diperlukan. Karena berbahaya sekali jika anak-anak kecil menggunakan gaya bahasa gaul dan alay. Mereka bisa menuliskan dan mengucapkannya hingga remaja nanti, sehingga mereka tidak mengetahui yang manakah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bisa saja karena mereka terlalu sering menggunakan bahasa yang norak ini hanya karena ingin gaul dan tenar, lalu mereka mengucapkannya di depan guru, menuliskannya pada lembar jawaban ulangan esai, dan menggunakannya ketika berpidato.

Banyak cara untuk membuat remaja menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, antara lain

  1. Membiasakan remaja untuk membaca buku-buku penulis Indonesia.

  2. Berbicara dengan bahasa yang baik kepada anak remaja.

  3. Memperkenalkannya dengan karya sastra sastrawan Indonesia.

  4. Mengajaknya sering-sering berlatih menulis dengan bahasa Indonesia yang baik.

Oleh sebab itu, kita bagi para orang tua dan guru, semestinya mengawasi penggunaan bahasa pada anak. Jangan sampai mereka terbawa pengaruh yang buruk, yang membuat mereka menggunakan bahasa Indonesia yang buruk pula.





































BAB III

PENUTUP



  1. Kesimpulan

  1. Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa melayu. Ada beberapa alasan mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa-bahasa nusantara lainnya. Bahasa Melayu yang dianggap telah menjadi lingua franca di Indonesia, bahasa penghubung, dan bahasa perdagangan. hal ini didukung pendapat dari seorang ahli sejarah asal Cina, I Tsing yang menyatakan bahwa di Sriwijaya pada waktu itu ada bahasa yang bernama koen louen yang berdampingan dengan bahasa Sansekerta.

  2. Alasan para remaja lebih senang menggunakan bahasa gaul dari pada bahasa Indonesia disebabkan karena beberapa alasan. Dimulai dari keinginan para remaja agar terlihat gaul dengan menggunakan bahasa gaul dari pada bahasa Indonesia hingga dirasa kurangnya waktu penggunaan bahasa Indonesia yang hanya bertempat pada lingkungan sekolah saja.

  3. Banyak cara untuk membuat remaja menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, antara lain

  • Membiasakan remaja untuk membaca buku-buku penulis Indonesia.

  • Berbicara dengan bahasa yang baik kepada anak remaja.

  • Memperkenalkannya dengan karya sastra sastrawan Indonesia.

  • Mengajaknya sering-sering berlatih menulis dengan bahasa Indonesia yang baik.

Selain itu peran orang tua dan guru dalam mengawasi penggunaan bahasa dikalangan remaja dirasa sangat efektif untuk membiasakan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja.







































DAFTAR PUSTAKA



Doyin, Mukh dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia. Semarang: UNNES Press.

www.bataviase.co.id tanggal ungguh 20 April 2010

www.nawala.co.id tanggal ungguh 20 April 2010-04-27











Tidak ada komentar:

Posting Komentar